Pentingnya Beramal dengan Ilmu

Beramal dengan Ilmu

Inspirasibersama.com – Sahabatku yang dirahmati Allah, beramal tanpa adanya ilmu bisa sia-sia ibarat menanam pohon namun tiada berbuah,Sebaiknya dalam setiap Aktifitas apapun itu harus dilandasi ilmu Suatu misal mau ber-Amal sholeh yakni kegiatan membantu orang lain yang menjadikan kita dapatkan Pahala besar dan berlipat jikalau mengerjakannya didalam melaksanakan itu didasari ilmu, dan tidak bisa asal-asalan agar tidak sia sia diAkhirnya lalu sia sianya dimana? jikalau sudah melakukan amal sedekah tapi suka mengungkit-ungkitnya,memberi dengan marah,menyinggung penerima itulah suatu contoh beramal tidak dengan didasari dengan ilmu .

Abu Darda RA berkata,

“Seseorang tidak bisa menjadi mualim (guru atau ustaz) tanpa menjadi penuntut ilmu (santri). Begitu juga, seseorang tidak bisa menjadi seorang alim tanpa mengamalkan ilmunya (tanpa menerapkan pengetahuannya dalam kehidupannya).

Celakalah orang yang tidak berilmu dan celakalah tujuh kali lipat orang yang berilmu tetapi tidak mengamalkannya.”

Pada hari kiamat, aku tidak takut dari pertanyaan, “Wahai Uwaimir, apakah yang sudah kamu pelajari?” Akan tetapi, aku takut dari pertanyaan, “Wahai Uwaimir, apakah yang sudah kau amalkan dengan ilmu yang engkau miliki?”

Sayidina Umar RA bertanya kepada Abdullah bin Salam RA,

“Siapakah arbabul ilmi itu?” Abdullah bin Salam RA menjawab,

“Mereka adalah orang yang beramal dengan ilmunya.” Sayidina Umar RA bertanya kembali, “Apa yang dapat mengeluarkan ilmu dari hati manusia?”

“Tamak (rakus dan serakah),” jawab Abdullah RA.

Nabi Isa AS berkata, “Apa gunanya orang yang buta membawa lampu minyak? Dengan itu, ia hanya menerangi orang lain.

Apa gunanya lampu yang berada di atas atap untuk ruangan yang gelap? Demikian juga, apa gunanya membahas hikmah ketika kalian tidak mengamalkannya?”

Ada banyak pohon, tetapi tidak semuanya berbuah. Begitu juga, ada banyak orang alim, tetapi tidak semuanya mursyid (menunjukkan jalan kebenaran). Ada banyak buah, tetapi tidak semuanya bagus.

Begitu juga, ada banyak ilmu, tetapi tidak semuanya memberikan manfaat.

Imam Auza’i RH berkata, “Barang siapa beramal dengan sesuatu yang diketahuinya, ia akan berhasil dalam mempelajari apa yang tidak diketahuinya.”

Sesungguhnya orang fakih yang zuhud di dunia adalah orang yang mencintai akhirat, sadar akan dosa-dosanya, dan selalu beribadah kepada Allah SWT.

Seorang ulama berkata, “Ketika orang-orang alim sibuk mengumpulkan harta meskipun harta itu halal, orang-orang mulai memakan makanan yang syubhat.

Ketika orang-orang alim mulai memakan makanan yang syubhat, orang-orang mulai makan makanan yang haram. Jika orang-orang alim mulai memakan makanan haram, orang-orang akan jatuh ke dalam kekufuran. (Tanbihul Ghafilin)

Bersegeralah dalam Bertaubat dan bersegeralah beramal sholeh

Allah SWT berfirman dalam Al-Quran (yang artinya), “Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan karena kejahilan, kemudian mereka bertaubat dengan segera, mereka itulah yang taubatnya diterima oleh Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.” (QS An-Nisa: 17).

Ibnu Abbas RA mengatakan bahwa yang dimaksud dengan kata ‘dengan segera’ adalah mereka yang bertaubat sebelum jatuh sakit dan sebelum mendekati kematian.

Ayat ini menunjukkan bahwa waktu tersebut merupakan waktu taubat yang paling utama. Setiap orang harus segera bertaubat dan melakukan amal saleh ketika masih sehat, sebelum jatuh sakit. Lebih-lebih, dalam banyak ayat karimah, kata taubat disebutkan bersama kata amal-amal saleh.

Taubat yang dilakukan ketika dalam keadaan sehat dan memiliki harapan hidup sama halnya dengan berinfak ketika dalam keadaan sehat dan masih ingin terus hidup. Adapun taubat yang dilakukan ketika sakit atau mendekati kematian sama halnya dengan menginfakkan harta ketika mendekati kematian.

Bukankah orang yang bertaubat hanya ketika dalam keadaan sakit, telah kehilangan kesehatannya, dan tidak mampu lagi melakukan hal-hal yang diinginkan nafsunya itu bagaikan orang yang telah berputus asa dari dunia dan kehidupannya, lalu karena itulah ia bertaubat dan berusaha meninggalkan keburukan-keburukan yang telah dilakukannya?

Taubat seperti itu tentunya sangat berbeda jauh dengan taubatnya orang-orang yang meskipun mampu melakukan perbuatan dosa tetapi karena ketakutannya kepada Allah SWT, ia hanya mengharapkan pahala dari-Nya dan memilih melakukan ketaatan daripada bermaksiat kepada-Nya.

Selain itu, coba pikirkan seseorang yang menjadi tawanan sultan dengan tangan dan kakinya terbelenggu. Sebab utama ia memohon perlindungan dari sultan adalah karena ketakutannya akan kematian. Orang seperti itu kebanyakan tidak bisa memperoleh kasih sayang dan ridha sultan. Maka, ini adalah perumpamaan orang yang hanya bertaubat ketika telah mendekati ajal. Orang yang bertaubat ketika sehat bagaikan seorang pemuda yang terkenal hebat dalam menunggangi kuda dan menggunakan senjatanya sehingga ia mampu bertarung dan melawan sultan.

Ketika mampu melakukan semua itu, jika ia datang menghadap sultan dengan merendahkan dirinya dan memohon perlindungan darinya, ia akan menjadi orang yang penting di sisi sultan. Sebab, ia datang dengan penuh ketaatan dan keinginan untuk berkhidmah kepadanya.

Akan tetapi, Allah SWT yang merupakan sultannya para sultan adalah Zat yang paling dermawan dan penuh kasih sayang. Seluruh makhluk adalah tawanan di hadapan-Nya. Maka, siapa pun hamba-Nya yang memohon perlindungan dari azab-Nya dengan tulus, Dia akan melindunginya dari azab-Nya dalam keadaan apa pun.

Pentingnya ilmu dan amal

Berkenaan dengan pentingnya ilmu dan amal, Imam Ghazali RH berkata dalam kitabnya yang bernama Ayyuhal Walad sebagai berikut,

“Wahai anakku, janganlah kau terlambat dalam melakukan amal saleh meskipun hanya sedikit. Ketahuilah olehmu bahwasanya hanya ilmu saja tidak akan dapat menyelamatkan seseorang dari api neraka. Maksudnya, pada hari kiamat nanti, hanya menjadi orang yang berilmu saja tidaklah cukup. Perumpamaan ini adalah sebagai berikut.

Apakah seseorang yang memiliki sepuluh pedang terbaik dan berbagai macam senjata perang dapat mengandalkan keberadaan senjata-senjata yang ada padanya untuk mengusir seekor singa yang menyerangnya di gurun dan percaya bahwa senjata-senjata tersebut dengan sendirinya akan melindungi dirinya? Untuk melindungi dirinya dari singa itu, ia harus bergerak dan mengusir singa tersebut dengan menggunakan senjata-senjatanya. Maka, seperti inilah, jika seseorang mempelajari seratus ribu masalah ilmu lalu mengajarkannya kepada orang lain, ilmu itu tidak akan bermanfaat baginya selama ia tidak mengamalkannya.

Berikut ini adalah contoh ilmu yang tidak akan bermanfaat tanpa amal. Jika seseorang mengalami demam tinggi atau sakit kuning, kemudian ia mendapatkan obat-obatan yang akan menyembuhkan penyakitnya, ia tidak akan pernah sembuh selama tidak meminum obat-obatan tersebut dan hanya menyimpannya.

Ilmu Tanpa Amal Tidak Akan Bermanfaat

Imam Ghazali RH berkata dalam kitabnya yang bernama Ayyuhal Walad,

“Wahai anakku, menuntut ilmu tetapi tidak mengamalkannya adalah hal yang tidak pantas bagi orang yang berakal. Amal yang dikerjakan tanpa ilmu seperti tidak ada. Sebab, tatkala shalat hukumnya telah menjadi wajib atas seseorang, mengetahui ilmu tentang shalat pun hukumnya menjadi wajib baginya. Lagi pula, bagaimana seseorang dapat melaksanakan shalat jika tidak mengetahui hal-hal tentang shalat? Ibadah-ibadah lainnya seperti zakat, puasa, dan haji pun sama seperti itu.

Perlu kamu ketahui juga bahwasanya ilmu tanpa amal tidak dapat mencegahmu melakukan perbuatan dosa. Di samping itu, hanya ilmu saja tidak akan bisa mendorong dan membuatmu melakukan ibadah. Pada hari kiamat nanti, memiliki ilmu saja tidak akan bisa menyelamatkan dirimu dari api neraka. Maka, jika kau tidak mengamalkan ilmumu dengan menggunakan kesempatan yang kau miliki ketika di dunia dan tidak menyesali hari-hari yang telah berlalu dengan sia-sia, kelak pada hari kiamat kau akan berkata seperti ini, ‘Kembalikanlah kami ke dunia agar dapat melakukan amal saleh.’ Pada saat itu akan dikatakan kepadamu, ‘Kau datang dari tempat yang kau ingin kembali ke sana. mengapa kau tidak melakukan amal-amal saleh ketika masih berada di sana?’

Oleh karena itu, hal yang pantas bagi orang yang berakal adalah melakukan amal saleh selagi kesempatan itu ada di tangannya ketika berada di dunia sehingga setibanya di akhirat, ia tidak ingin kembali ke dunia. Semoga Allah SWT memudahkan seluruh umat muslim dalam melakukan amal-amal saleh. Amin.”

Ilmu Tanpa amal tidak ada Manfaatnya 

Rasulullah SAW bersabda, “Orang-orang yang akan mendapatkan azab yang paling berat pada hari kiamat adalah para ulama yang ilmunya tidak bermanfaat bagi diri mereka.”

Sayidina Umar RA berkata, “Jika ulama tergelincir, seluruh orang di dunia akan tergelincir.”

Imam Ghazali RH berkata, “Ilmu yang tidak diamalkan tidaklah berharga. Seandainya seseorang membaca dan mempelajari seratus ribu masalah ilmu atau belajar selama seribu tahun dan menulis ribuan macam kitab, jika dia tidak menerapkan masalah-masalah yang ia pelajari dan ia tulis, semua itu sama sekali tidak ada manfaat baginya. Akan tetapi, jika ia mengamalkannya, dia akan pantas mendapatkan rahmat Allah SWT.”

Hasan Basri RH berkata, “Allah SWT berkata pada hari kiamat kepada hamba-hamba-Nya (yang akan masuk ke dalam surga), ‘Masuklah ke dalam surga-Ku karena rahmat-Ku dan dapatkanlah surga itu sesuai dengan amal-amal kalian.’”

Selain itu, diriwayatkan bahwasanya Hasan Basri RH berkata sebagai berikut, “Meminta surga tanpa beramal adalah sebuah dosa besar.”

Setelah Junaidi Al-Baghdadi RH wafat, ketika seseorang yang melihat beliau dalam mimpinya menanyakan keadaan dirinya, beliau berkata, “Tulisan-tulisan telah lenyap, dan isyarat-isyarat pun telah berakhir (ilmu yang tidak diamalkan tidak akan bermanfaat), hanya dua rakaat shalat yang biasa aku laksanakan pada tengah malamlah yang memberikan manfaat kepadaku.”

Aliyyul Qari RH berkata, “Ketika Musa ‘Alaihissalām meminta Khidir ‘Alaihissalām untuk memberinya nasihat sebelum mereka berpisah, Khidir ‘Alaihissalām berkata kepadanya, “Jangan mempelajari ilmu hanya untuk menjelaskannya kepada orang lain. Pelajarilah untuk mengamalkannya.” Ketika Musa AS meminta doa, Khidir ‘Alaihissalām berdoa, “Semoga Allah SWT memudahkan kau dalam melakukan ketaatan dan ibadah.”

Seorang ahli hikmah berkata, “Kabar gembira bagi orang yang mengamalkan ilmunya dan ilmunya itu tidak akan menjadi beban dan bencana baginya di akhirat nanti.”

Ilmu adalah permulaan, sedangkan amal bagaikan hasil dan buahnya. Ilmu tidaklah bernilai tanpa amal.

Orang yang mengikuti keinginan-keinginan nafsunya dan terperangkap dalam manfaat-manfaat duniawi yang indah dan sementara sehingga tidak beramal dengan ilmunya akan menjadi mainan setan.

Sumber artikel ;  FAZİLET TAKVİMi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *